Begini Sejarah Awal Mula Bungung Salapang Ditemukan Dan Dianggap Sakral di Jeneponto
Kepala Desa Bonto Rappo, Mustafa, memperlihatkan kondisi Sumur Sembilan ke awak media.Gaib
JENEPONTO,- Hay sob kembali lagi dengan Kabarwisataturatea. Kali ini kita akan mengulas sejarah tentang awal mula ditemukanya bungung salapang, atau disebut dalam bahasa Indonesia Sumur Sembilan yang kini banyak dikunjungi oleh masyarakat, bukan hanya masyarakat dari Jeneponto, tapi dari beberapa kabupaten yang ada di SulSel datang kelokasi tersebut untuk berhajatan.
Ok singkat saja, Mei 2017, sekitar Pukul 14.00 wita, Kabarwisataturatea dengan sejumlah awak Media yang ada di Jeneponto mendatangi Sumur Sembilan yang letaknya di Dusun Bonto Rappo, Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dengan jarak dari ibu kota Jeneponto, sekitar 10 Km.
Sesampai di Desa Bonto Rappo, Kabarwisata bersama awak media ditemani oleh kepala Desa Bonto Rappo, Mustafa. Kamipun berjalan kaki menuju Bungung Salapang itu. Saat dalam perjalanan, kami harus hati hati, karena jalanya miring kebawah dan berbatuan. Untuk sampai kelokasi sumur itu, kita haru berjalan kaki sekitar 15 menit.
Saat sampai, kita dijemput oleh dua nenek bersaudara yang diketahui merupakan juru kunci Bungung Salapang ini. Kedua nenek itu, bernama Intang (70) dan Bau (85). Sejumlah rumah rumah kecil terbangun dilokasi itu yang dikelilinggi pohon yang dikabarkan berusia puluhan tahun, serta terdapat pohon dan batu kecil yang dijadikan tempat memberi sesajen, makanan para lelehur.
Diketahui lokasi tersebut awalnya adalah hutan tempat berburuhnya para raja. Saat itu, Raja Karaeng Bonto Rappo atau nama sebutanya Karaeng Tupalo datang kehutan ini berburu bersama se ekor anjinnya sekitar tahun 1943, tidak lama raja melihat anjingnya minum disemat semat, Raja mencoba mendekati anjingnya dan melihat ada sumur sembilan buah dengan pondasi batu tersusun.
Saat itulah raja menyampaikan ke masyarakat adanya sumur sembilan berbentuk bulan dengan jumlah sembilan sumur posisi sejajar. Warga saat itu akhirnya mensakralkan karena dianggap adalah karunia dari yang maha kuasa. Pasalnya, sumur yang kedalam 30 cm itu memiliki air cernih dan tidak pernah kering, sehingga sumur itu dijadikan tempat pengambilan air minum.
"Mae a'jonga anyo rialo bedeng Karaenga, terus naciniki konkonna angemu ngemu je'ne, battu mange, nacinimi joka bungunga tolo toloro' salapang yangsaseng, joreminjo dibentukmi,"Katanya dalam bahasa Indonesia, dulu raja berburu dihutan dan melihat anjingnya menjilat jilat air, rajapun mendekati dan melihat ada sumur sembilan sejajar, saat itu sumur itu dibentuk,"Kata Nenek Bau.
Sering tahun, warga merasakan keanehan ditempat tersebut bahkan sekali kali ada penampakan perempuan berambut panjang duduk disekitar sumur tersebut, maka dijadikanlah sumur sembilan sebagai sumur sakral, hingga datanglah masyarakat berniat hajatan kepada tuhan sambil mengikat tali di batang pohon dan akar pohon, jika niatanya dikabulkan, maka pengunjung tersebut akan kembali lagi melepas tali itu sambil acara syukuran makan songkolo(Nasi ketan) dan ayam dilokasi tersebut.
Sekitar tahun 1980, Karaeng loka diberi amanah menjabat sebagai Kepala Desa Pertama di Desa Bonto Rappo, Iapun melakukan renovasi sumur sembilang itu dengan memberi tegel masing masing samping ke sembilan sumur itu, dan hingga kini sumur sembilan tidak lagi pernah direnovasi.
"Habis direnovasi, pengunjung semakin banyak, bahkan ada yang sampai dari Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Takalar bahkan sampai dari Makassar. Harapan kita Mudah Mudahan dinas parawisata bisa membantu dana untuk melesetarikan sumur sembilan ini, karena ini merupakan budaya peninggalan leluhur yang harus dilestarikan,"Kata Kades Bonto Rappo yang sekarang, Mustafa.
loket pengambilan karcis
Rumah rumah yang didalamnya terdapat batu sebagai media melapas hajatan, didalam ada beas lili dan duan siri, serta beberapa nasi ketang hutam dan ayam yang diduga sesajem untuk para leluhur
batu kecil yang diduga sakral
Inilah batu kecil didalam rumah rumah tersebut
Selasa, 09 Mei 2017
Bagini Sejarah Awal Mula Bungung Salapang Ditemukan Dan Dianggap Sakral Di Jeneponto Kepala Desa Bonto Rappo Mustafa Memperlihatkan Kondisi Sumur Sembilan Ke Awak Media Gaib
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar